Perusahaan kartu kredit terbesar di dunia, Visa dan Mastercard, mengikuti jejak Paypal dalam rangka masuk ke dalama ekosistem kripto. Setelah melalui segala dinamika yang ada, akhirnya mereka mampu berubah pikiran yang awalnya skeptis terhadap kripto.
Pasalnya, Di tahun 2018, ketiga perusahaan tersebut sempat melayangkan pernyataan negatif kepada bitcoin dan kripto pada bull run 2017, yang membawa kripto ke mainstream media.
Kini, dengan adanya perusahaan tech seperti Facebook yang masuk ke ekosistem melalui Libra-nya, Visa dan Mastercard jadi tidak mau ketinggalan untuk menggerakkan pergerakan pasar kripto ke Bull Run berikutnya.
Dilansir Forbes, Visa menyatakan bahwa konsep dari mata uang digital adalah cash yang dikontrol oleh private key, diciptakan lebih dari setahun lagi melalui Bitcoin.
Itu selaras dengan visi kenapa Visa dibentuk tahun 1996 yang disampaikan oleh penemunya Dee Hock “Money is nothing but alphanumeric data and it would become alphanumeric data not in paper form, but in a form of arranged electrons and photons” Maksudnya, uang hanyalah angka yang berupa pergerakan elektron dan foton.
Tidak hanya itu, mereka telah menunjuk kripto exhcange Coinbase sebagai jembatan antara kripto dan FIAT dan teruntuk 61 juta merchant sedunia.
BULL RUN?
Sebelum memulai analisa, quote berikut sangat tepat untuk disematkan:
first they ignore you, then they laugh at you, then they fight you, then you win – Gandhi
Ya, karena terbukti alasan mereka untuk menyerang Bitcoin di awal bukanlah untuk melawan Bitcoin, tapi untuk mempertahan status quo dan menguasai Bitcoin dengan membeli harga yang super murah dimana orang tidak memberi atensi nya.
Terlebih, Decentralized Finance, DeFI yang sedang hype, dimana mendistrupt Bank dengan teknologi lending dan yield farming nya, membuat Visa dan Mastercard berpikir kembali untuk bermitra dengan bank yang membuatnya semakin tidak relevan.
Katalis diperparah dengan adanya stimulus check oleh pemerintah kepada penangguran yang mengindikasikan inflasi karena jumlah uang yang beredar tidak di back up oleh produktifitas. Dimana orang tersebut lebih memilih untuk tidak bekerja dan menginvestasikan stimulus check tersebut ke dalam kripto.
Memang teknologi disruptif ini akan menciptakan bubble terbesar sepanjang sejarah karena kita sebagai manusia masih belum sadar akan teknologi ini. Sehingga, terjadilah price discovery terhadap harga tersebut.
Namun di sisi lain, perlu diketahui juga bahwa itu hanya terjadi jangka pendek. Jangka panjang, kita perlu melihat ini sebagai peluang yang sangat signifikan di perbankan. Terutama sistem ekonomi dunia.